Perjalanan
musafir kebaikan memiliki jalan terjang yang berliku-liku. Ketika seseorang
mampu melewati jalan terjang tersebut, di sana ia akan menemukan sebuah hidayah
yang akan menuntunnya ke jalan yang lebih baik. Berpindah haluan dan singgah ke
kehidupan yang baru serta lebih baik lagi tentu terdapat kesulitan tersendiri
yang berarti hanya diri sendiri lah yang mampu untuk mengendalikan dan
beristiqomah terhadap pilihan yang ia ambil. Seseorang yang sudah menemukan
hidayah pasti akan siap untuk menghadapi hijrahnya yang senantiasa hanya kepada
Allah SWT.
Hijrah
merupakan suatu tindakan yang berpindah dari suatu hal yang dipijakinya
sekarang ke arah yang lebih baik yang ingin dipijaki. Hijrah bukan hanya
sekadar niatnya saja ingin berhijrah namun akhlak dan tingkah laku serta
penampilan tidak diperbaiki. Ketika seseorang berhijrah dengan mulai
berpenampilan yang seharusnya, barengi lah pula dengan perubahan akhlak dan
tingkah laku ke arah yang lebih baik. Hal yang terpenting dari hijrahnya
seseorang adalah berusaha istiqomah terhadap apa yang sudah ia komitmenkan dan
berusaha untuk memperbaikinya lagi hari demi hari.
Ketika
terdapat steatment tentang “Nanti aja
lah hijrahnya, gue takut gak bisa istiqomah, gue takut ngulangin kesalahan lagi,
gue takut bla bla bla ......”. Seseorang yang beranggapan seperti itu akan
sulit untuk mendapatkan hidayah hijrahnya. Karena sejatinya, ketika kita berani
untuk meninggalkan perbuatan buruk kita yang sudah berlalu, itu sudah bisa
dinamakan hijrah. Selama proses hijrah pun manusia tidak langsung menjadi taat
serta menjadi ahli agama secara tiba-tiba. Terkadang mereka yang sudah
berhijrah pun pernah melakukan sebuah
kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Namun, kembali lagi
kepada diri sendiri dan niat diri untuk berhijrah sehingga memudahkan kita
untuk berusaha meminimalisir pengulangan kesalahan tersebut.
Perjalanan
berhijrah memang sangat rumit bagi sebagian orang dari berbagai macam latar
belakang, seperti hijrahnya pribadi ini. Mengawali hijrah sejak pertengahan
tahun 2017 lalu dan sudah terpikirkan oleh benak pada awal tahun 2017. Pribadi
yang pernah memiliki kekasih ini akhirnya tersadar bahwa apa yang selama ini
dilakukan adalah sebuah perbuatan dosa. Kesadaran itu muncul ketika pribadi ini
masih bersama dengan sang kekasih dan memutuskan untuk mengakhiri tanpa
menyakiti kedua belah pihak. Qodarullah, Allah mendengar semua doa-doa yang ku
panjatkan meminta sebuah jalan baru yang terbaik. Hubungan kami mulai
bermasalah, entah itu saling egois, kurang perhatian dan masalah-masalah lain
yang membuat kami sepakat untuk mengakhirinya. Terdapat rasa senang dan sedih
atas pertengkaran itu, namun aku harus terus bangkit dan fokus kepada hijrahku
yang sesungguhnya.
Beradaptasi
dengan lingkungan baru sangat menguras tenaga untuk melakukannya. Bagaimana
tidak? Kampus yang ku kira biasa saja ternyata menyimpan sesuatu yang sangat
islami. Terlihat dari budayanya, pakaian dari wanita-wanitanya, begitu syar’i
dan muslimah. Hati ini tertegun untuk bisa bertahan walapun itu bukan diri ini
sekali. Namun, Allah mungkin menginginkan diri ini untuk menjadi salah satu
seperti para wanita muslimah itu. Cara Allah begitu indah dengan mempertemukan
pribadi ini dengan orang-orang terbaik pilihan-Nya untuk membantu mencari jati
diri ini sebenarnya. Melihat seorang teman yang senantiasa berusaha untuk
menuntunku selalu berada pada hal-hal kebaikan. Kejujurannya, dia yang menjadi
motivasi pribadi ini untuk akhirnya berhijrah dan berpanutan menjadi seperti
dia.
Hari-hari
berlalu dengan kemantapan hati untuk berhijrah, meninggalkan yang namanya
‘pacaran’, berusaha berpenampilan layaknya muslimah sejati dan berusaha untuk
memperbaiki akhlak di setiap langkah diri ini. Dalam hatiku berkata bahwa yang
awalnya hijrah karena ingin menjadi seperti orang lain, pikiran itu akhirnya
terbalikkan oleh kenyataan bahwa itu merupakan keharusan setiap mukmin dan
memang untuk Allah. Maka, aku berniat untuk menampilkan diriku yang sebenarnya
dalam hijrahku. Melakukan apa seharusnya dilakukan dan melakukan hal-hal
positif yang aku inginkan. Sesungguhnya, jika seseorang berhijrah karena Allah
semata, maka Allah tidak akan meninggalkan hambanya berjuang sendirian.
Menjalani
pribadi yang baru dan keluar dari titik hitam kehidupan banyak asam manis
peristiwa yang dialami. Mulai dari tatapan orang-orang yang terheran-heran,
pertanyaan yang silih berganti dan mungkin ada saja cibiran dari oknum-oknum
tidak bertanggung jawab. Namun, apa yang ku rasakan itulah yang terjadi dalam
hidupku. Aku merasa banyak perubahan pada diri ini setelah diri ini memantapkan
hati untuk istiqomah berhijrah. Perubahan itu aku rasakan perlahan-lahan hari
demi hari. Mulai dari terbiasa melakukan kebaikan, mulai menjaga pandangan dan
sentuhan secara otomatis, merasa risih jika tidak berpakaian syar’i ke luar
rumah dan semua itu ku nikmati dengan senikmat nikmatnya.
Perasaan-perasaan
itu patut disyukuri karena itu merupakan cara Allah untuk tetap bersama kita,
membantu kita untuk istiqomah dari hijrah yang telah kita tetapkan. Mungkin
terdapat pula pesaraan yang kurang mengenakkan seperti suka ribet untuk naik
kendaraan kalau memakai rok, kotor ketika berjalan di kala hujan menyembur,
gerah mungkin, dan lain-lain. Namun, balik lagi kepada diri kita sendiri bagaimana
kita mengatasi kesusahan tersebut dengan mengingat kebaikan-kebaikan yang telah
Allah berikan ketika kita melaksanakan apa yang Allah perintahkan. InsyaAllah
akan ada hikmah dari setiap perbuatan kebaikan yang dilakukan oleh seseorang ketika
niatnya hanya untuk mendapatkan Ridho Allah semata.
Hijrah
bukan hanya soal penampilannya saja yang berubah, namun perlu dibarengi juga
dengan perubahan akhlak dan perilaku, tentunya ke arah yang lebih baik lagi.
Jika kita sudah mendapat tanda-tanda untuk diberikannya hidayah oleh Allah,
jangan sesekali kita menolak untuk menerimanya. Hidayah yang didatangkan oleh
Allah tidak mungkin jatuh ke tangan orang yang salah. Pasti orang tersebut
telah berusaha untuk menjemput hidayahnya berupa hijrah. Berniat untuk berhijrah
bukan karena ingin dipandang sholeh atau sholeha dari orang-orang atau hanya
ingin dekat dengan seseorang yang kita suka. Sesungguhnya, seseorang yang
berniatan seperti itu niscahya ia tidak akan istiqomah terhadap hijrahnya.
Maka, niatlah hanya kepada Allah semata dan Ia akan membantu hambanya yang senantiasa
ingin berhijrah karena-Nya.
Hijrah
bukanlah sebuah paksaan dan bukanlah suatu hal yang mengerikan.
Insan
yang berhijrah pastinya memiliki sebuah kenangan pahit dan ia ingin menghapuskan
itu.
Jangan
sesekali jadikan hijrah sebagai pelarian untuk mendapat simpatik dari
orang-orang.
Rahasiakan
hijrahmu untuk membantumu menghindari dari sifat riya.
Ambilah
hikmah dari setiap langkah hijrah kita dan syukurilah nikmat Allah yang paling
indah.
Hari-harimu
akan berubah menjadi lebih menyenangkan jika menetapkan hijrahmu dengan niat
yang lurus serta selalu berusaha untuk istiqomah.